Rabu, 05 Oktober 2016

video yusuf mansur tentang sedekah

Cerita Heroik Ulama-Ulama Betawi Melawan Penjajah

Guru Mansyur
Guru Mansyur

KABAR MUSLIM, Oleh: Alwi Shahab

Pada 1925, ketika Raja Ali takluk kepada dinasti Saudi, Raja Saud meminta supaya orang-orang besar, para tokoh ulama Betawi, dibebaskan.
Pada 1939 jamaah haji Indonesia tidak bisa kembali ke Tanah Air, karena zona laut pada awal perang dunia ke-II itu dinyatakan sebagai daerah peperangan. Raja Saud memberikan izin kepada para jamaah Indonesia untuk bermukim di negaranya.

Pekojan, di Jakarta Barat, tidak pelak lagi merupakan pusat intelektual Islam. Syaikh Junaid Al-Betawi, misalnya, dilahirkan di kampung Arab ini. Ridwan Saidi, yang ikut memberikan ceramah, menyatakan, Syaikh Nawasi dan Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi adalah murid Syaikh Junaid Al-Betawi.

Pekojan juga melahirkan banyak ulama. Antara lain, mualim Roji’un, dan Kiai Syamun. Termasuk guru Mansyur dari Kampung Lima yang pada masa revolusi fisik masjidnya ditembaki NICA, karena memasang bendera merah putih. Bahkan guru Mansyur berseru kepada penduduk, ”Betawi, rempug.”

Habib Usman Bin Yahya Dicintai Jamaah

Lahir di Pekojan pada 1882, Habib Usman Bin Yahya merupakan penulis sangat produktif. Tidak kurang dari 47 kitab karangannya, sebagian besar disimpan di Arsip Nasional.
Dia kemudian pindah ke Jatipetamburan, Tanah Abang. Sebelum memiliki percetakan, karangan-karangannya dengan tulisan tangan ditempelkan di Masjid Jatipetamburan. Jamaah harus mengantre untuk membacanya.

Ulama ini makin produktif menulis setelah memiliki percetakan. Tapi, karangannya harus lebih dulu diserahkan kepada pemerintah kolonial sebelum dicetak.

Sebelum wafat, Habib Usman berpesan agar di makamnya tidak dibuat kubah. Dia juga menolak diadakan haul untuk memperingati kematiannya.

Ulama Betawi Komandoi Jihad Fi Sabilillah

Di antara murid Habib Usman adalah Habib Ali Alhabsji (1870-1966), ulama kelahiran Kwitang, Jakarta Pusat. Ayahnya, Habib Abdurahman, adalah sepupu pelukis kenamaan Raden Saleh Syarif Bustaman.
Ada beberapa ulama Betawi terkenal yang menjadi murid Habib Ali, seperti KH Abdullah Syafei, KH Tohir Rohili, dan KH Syafei Al-Hazami. Dia, pada 1911, mendirikan madrasah Unwanul Falah di Kwitang (di samping Masjid Al-Riyad).

Pada masa revolusi fisik banyak ulama Betawi yang ikut mengomandoi rakyat agar mempertahankan kemerdekaan —sebagai bagian dari jihad fi sabillah. Seperti KH Nur Ali dari Bekasi, Guru Mansyur (Jembatan Lima), KH Rahmatullah Sidik (Kebayoran), dan Muhammad Ali Alhamnidi (Matraman). Ada ratusan buku karangan ulama Betawi yang ditulis dalam Arab Melayu.

Belanda Pontang Panting Imbangi Dakwan Ulama Betawi

Pada Abad ke-19, Thomas Stamford Raffles yang berkuasa pada masa pemerintahan Inggris di Indonesia (1811-1816) pernah memuji kegigihan dakwah para ulama Betawi. Raffles selama lima tahun di Nusantara lebih banyak tinggal di Batavia, Ibu Kota Hindia Belanda.
Dia tinggal di Rijswijk (kini Jl Segara), di gedung yang sekarang menjadi Bina Graha (sebelah Istana Negara). Dulu, gedung ini pernah dinamai Raffles House.

Dalam salah satu pidatonya pada peringatan ulang tahun Bataviasch Genootschap —lembaga kesenian yang para anggotanya beragama Kristen— Raffles meminta mereka belajar pada keberhasilan para ulama dalam menyebarkan Islam. Terutama cara-cara pendekatan mereka dalam mengajarkan Alquran yang kala itu menjadi bacaan dan pelajaran di kampung-kampung Betawi.

Tampaknya, seperti juga Portugis dan Belanda, penguasa Inggris ini khawatir terhadap perkembangan Islam. Hingga ia meminta organisasi Nasrani ini mencari jalan keluar mengimbangi dakwah para mubaligh.

”Jika kesuksesan para mubaligh itu dibiarkan, mungkin dapat menimbulkan hal-hal yang berbahaya bagi kelangsungan penjajahan,” kata Letnan Jenderal Gubernur Inggris itu.

Perang Salib Diteruskan Belanda di Betawi

Seperti layaknya meneruskan perang salib, sekalipun tidak sekeras Portugis, Belanda juga menunjukkan kebencian terhadap Islam, termasuk terhadap para mubaligh dan kiai —figur yang dihormati di masa penjajahan.

Menurut Risalah Rabithah Alawiyah, pada 1925 pemerintah kolonial mengeluarkan peraturan yang membatasi ruang gerak kegiatan dakwah dan pendidikan. Di antaranya, tidak semua orang dapat memberikan pelajaran agama atau mengaji. Kebijakan ini —sekalipun oleh para ulama Betawi tidak diindahkan— lantaran sejak lahirnya Jamiat Kheir pada 1905 banyak lembaga pendidikan Islam bermunculan.

Sejak zaman VOC, kedatangan Belanda di Indonesia sudah bermotif ekonomi, politik dan agama. Dalam hak actroi VOC terdapat suatu pasal berbunyi, ”Badan ini harus berniaga di Indonesia dan bila perlu boleh berperang. Dan, harus memperhatikan agama Kristen dengan mendirikan sekolah.”

Buya Hamka Kagumi Ulama Betawi

Karena tekanan yang demikian keras dari penjajah, Buya Hamka yang selama bertahun-tahun tinggal di perkampungan Betawi mengemukakan kekagumannya terhadap keteguhan orang Betawi memeluk Islam.
Menurut Hamka, antara penjajah dan anak negeri bagaikan minyak dan air —meskipun keduanya dimasukkan ka dalam satu botol tapi tidak akan bisa menyatu.

Menurut Hamka, kalau para perantau yang datang ke Betawi banyak meneruskan pendidikannya ke Belanda atau negara Eropa lainnya, orang Betawi belajar agama di Arab Saudi. Kemudian di antara mereka banyak yang berkedudukan cukup baik.

Di antara mereka terdapat Syaikh Junaid Al-Betawi, kelahiran Pekojan, Jakarta Barat. Pekojan, pada abad ke-19 dan 20, banyak menghasilkan ulama terkemuka.

Sumber : REPUBLIKA.CO.ID

PROPAGANDA!!! Dunia Sudah Terlanjur Menangis, Ternyata Foto ini Bohong, Lihat Foto Aslinya!



KABAR MUSLIM - Wartawan yang bertugas di Timur Tengah, Haidar Sumeri, mengungkap kebohongan ISIS lewat foto yang ia unggah di Twitter.

Sumeri mengunggah foto yang disebarkan oleh ISIS, yakni seorang bocah yang tewas bermandi darah.

ISIS menyebut bocah itu korban tentara Irak, sehingga memancing kemarahan publik dunia di media sosial.

Tapi, Sumeri menyatakan bahwa foto itu hanya propaganda ISIS untuk mencari simpati dukungan.

Lewat foto itu, ISIS berusaha mengatakan kekejaman tentara Irak terhadap anak-anak.

Sumeri lalu mengunggah foto lain di sebelahnya, yakni ketika bocah itu duduk tertawa di samping ayam yang telah dibunuh untuk diambil darahnya.



Darah yang ada di foto bocah tersebut, ternyata adalah darah ayam.

"Palsu. Gambar anak di Fallujah yang katanya dibunuh oleh tentara Irak ini sudah beredar luas, tapi ternyata bohong,".

ISIS memakai foto ini sebagai bahan kampanye dan menarik pengikut, untuk melawan tentara pemerintahan Irak.

Organisasi radikal ini sudah menguasai Fallujah sejak 2014, dan berusaha terus mempertahankan kota tersebut dari serangan tentara Irak. (*)

Penulis: Aji Bramastra
Editor: Aji Bramastra

Dubes RI untuk Suriah Angkat Bicara MENJERNIHKAN PERSOALAN Soal Assad dan Suriah...

Duta Besar RI untuk Suriah Djoko Harjanto (kanan).

KABAR MUSLIM, Ada alasan kuat, mengapa Pemerintah Republik Indonesia, hingga saat ini, masih menempatkan duta besarnya di Suriah. Padahal, separuh dari 63 kedutaan besar di negara yang dirundung konflik itu, sudah tidak beroperasi.
Menurut Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (Dubes LBBP) Republik Indonesia untuk Suriah, Djoko Harjanto, Suriah, adalah memiliki jasa tak sedikit untuk Indonesia. Ketika Suriah ketika bergabung dengan Mesir dalam Republik Persatuan Arab (RPA), adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
Selain itu, saat muncul persoalan Timor-Timor, dukungan Suriah ke RI, sangat kuat. “Disuruh apa saja untuk mendukung kita, mereka mau,” katanya kepada wartawan Republika, Nashih Nashrullah.
Dalam perbincangan singkat saat kunjungannya ke Tanah Air, menghadiri seminar internasional ihwal Konflik Suriah dan gejolak Timur Tengah yang dihelat Ikatan Alumni Syam Indonesia (Alsyami) beberapa waktu lalu, pria asal Jawa Tengah ini pun, mengingkatkan umat Islam Indonesia, agar tak terseret pusaran konflik dan mengimpornya ke Indonesia. Berikut petikan perbincangannya:    

Bagaimana Anda melihat Pemerintah Suriah saat ini? 
Orang sudah  terlanjur menganggap pemerintah Suriah Syiah. Itu yang harus saya luruskan. Basyar itu Alawite, yang terdiri antara lain dari Druze. Ia Sunni. Saya lihat langsung. Mufti Syekh Adnan al-Fayouni, yang diundang berapa kali ke Indonesia oleh ICIS, dan belum lama ini ke Indonesia, memimpin mengimami shalat pada acara Maulid Nabi, di belakangnya Assad, shalatnya sendakep berarti bukan Syiah. Itu kita luruskan dulu.

Kedua, informasi yang menyatakan pemerintah Assad membunuhi rakyatnya. Itu tidak benar. Bagaimana mungkin, wong pemerintah solid didukung rakyatnya. Jadi jika memang ada yang meninggal, itu karena perang dua kubu, namanya perang.
Kalau dulu perang itu antarprajurit, tak boleh menyerang rumah sakit dan lain-lain, rumah ibadah, sekolah. Nah sekarang jihadis di Suriah yang fanatis dengan ISIS, Alqaeda, saling berperang. Bukan hanya pemerintah. Itu yang harus diketahui. Saya langsung di sana, melihat dengan mata saya, mengamati detik demi detik dan melaporkan ke pemerintah RI.      
Menurut Anda, mengapa muncul kesimpangsiuran informasi terkait Suriah? 
Media dikuasai Barat milik Yahudi, dikuasai oleh miliader Yahudi George Soros, berarti agendanya harus sesuai kepentingan mereka. Aljazeera milik Qatar, yang memusuhi Suriah, tak mungkin dia berpihak ke Assad. Ini saya sampaikan apa adanya secara pribadi dan tidak memihak. Dan itu memang tugas pemerintah, tidak boleh macam-macam, fokus perlindungan dan  bantuan kemanusian.

Apakah bantuan kemanusiaan RI sudah mengalir untuk Suriah? 
Alhamdulillah sudah mengalir, setelah sekian lama, lewat Lembaga Koordinasi Bantuan Kemanusiaan PBB (OCHA) yang tidak memihak. Tapi soal sampai tidaknya wallahua’lam, sudah 500 juta USD mengalir, belum ada satu bulan ini.
Kalau memang mau aman memang lewat pemerintah. Anda sudah dengar, dari Palang Merah Internasional (ICRC) enam orang hilang, sampai sekarang tidak ketemu. Conflict is conflict, bantuan kemanusiaan perlu, tetapi persoalannya yang lama sejak 2012, bantuan biasanya tidak sampai, di tengah perjalanan sudah diserobot oleh pemberontak. Itu yang jadi persoalan. Jadi sensitif di luar negeri.  
Begitu bantuan pertama masuk melalui OCHA, saya sudah punya impian untuk mendorong bantuan kemanusiaan ke Suriah. Kita sudah menghubingi Palang Merah mereka, tidak minta macam-macam. Obat tidak terlalu diperlukan karena di sana murah, saya cek up sebagai dubes hanya 100 dolar tidak habis, meliputi semua. Kalau membantu yang diperlukan ambulans, kita sudah sampaikan. 

Bagaimana dengan upaya diplomasi damai di Suriah? 
Sejak konflik mulai 2012, kita serukan damai karena konflik apapun akan selesai dengan perindungan, praktiknya di lapangan sulit, memang realitanya begitu. Politik juga begitu kan, lihat sendiri di Indonesia, Anda tahu sendiri. Yang kita khawatirkan, menurut Gajah Mada dan UMS, adalah perseteruan Sunni-Syiah, bahkan di Indonesia.
Di Suriah tidak ada benturan Sunni-Syiah, kalaupun ada itu adalah agenda perseteruan antara Arab Saudi dan Iran. Suriahnya sendiri tidak ada, saling menghormati, Kristen Ortodoks pun sendiri aman di sana. Orangnya ramah-ramah, sopan-sopan, tidak seperti negara lain, tentara sekalipun tidak ada yang berangasan.
Apa fokus Pemerintah RI saat ini? 
Tugas kita masih terkonsentrasi pemulangan. Warga kita di sana banyak, tadinya sebanyak 15 ribuan, waktu belum perang, begitu perang 2012, kita nyatakan darurat satu, sudah kelewat darurat, tidak boleh oleh sembarangan, termasuk staf kedutaan, anak istrinya dipulangkan.
Duta besar manapun yang masih buka tidak ada. Begitu posisinya. Tetapi bantuan kemanusiaan tetap kita kampanyekan, kasihan, orang kelaparan apalagi di tempat pengungsian, listrik nihil, pemanas tidak ada.

Bagaimana dengan upaya lain, seperti politik, ekonomi, atau bahkan militer dari RI?
Itu yang sabatas bisa kita lakukan, kalau politik dan ekonomi waduhjangan ditanya. Anda sudah tahu sendiri, minyak habis dikuasai ISIS, yang ada hanya aspal, kapas, kita tidak butuh itu.
Yang pandai memanfaatkan peluang itu adalah Cina. Cina mendukung Suriah, Suriah didukung Rusia, Iran yang sangat militan. Hizbullah itu adalah orang Iran yang tinggal di Libanon perbatasan Suriah, dukungan Cina tidak mencakup militer hanya ekonomi. Yang lain sudah tahu AS, Arab, Qatar, Turki memusuhi.

Apakah keberadaaan perwakilan RI di Suriah berarti keberpihakan ke Assad? Kita tidak memihak, ya karena memang pemerintah Indonesia mengakreditasikan saya ke Assad, jika saya tidak bekerjasama dengan Assad, ya tidak bisa lindungi TKI dan kemana-kemana, malah bisa ditangkap. Lalu bagaimana ke depan? Kita bersikap praktis. Siapapun yang berkuasa, maka akan kita dukung. Jangan dianggap kita di sana saat ini, langsug Pak Jokowi dituding  Syiah lah, orangnya Assad lah.Jangan begitu. 

Penduduk Madaya yang diizinkan pemerintah Suriah meninggalkan kota itu, Senin, 11 Januari 2016.




Konspirasi di Balik Kehancuran Negeri Syam



Dalam pandangan Anda, mengapa negara-negara tersebut agresif melawan Assad?


Tujuannya apa? Menjatuhkan Assad, kalau presidennya jatuh dibunuh, kayak Libya, ditinggal biar berantakan. Kalau sudah berantakan benteng terakhir perlawanan ke Israel sudah tidak ada. Pertanyaannya, kalau memang ISIS kuat, mengapa tidak menyerang Israel?


Malah faktanya Israel tenang-tenang saja. Itu yang diharapkan. Padahal fanatisme anti-Israel yang dimiliki Suriah lebih dari Indonesia. Salah satu buktinya, Suriah melarang warganya yang beragama Kristen berziarah ke Yerussalem, sementara negara kita masih memperbolehkan.



Jadi, konflik Suriah akibat konspirasi internasional atau gejolak politik dalam negeri? 

Dua-duanya betul. Faktor politik karena ada agenda Arab Spring. Tapi Arab Spring juga tidak bisa terlepas juga dari konspirasi internasional. Kita tahulah, siapa di balik Israel, AS mendukung sekutunya itu. Tapi kalau anti-Assad ada nalarnya.


Semua Islam betulan, Presiden Assad, pemerintahannya sejak dulu bapaknya berkuasa lama karena partainya kuat, kita seperti Golkar di sana Baath, kecenderungannya minta bantuan ke negara komunis, Rusia ketika itu.


Sedangkan Rusia punya kepentingan, modal mereka di Suriah sebesar 20 miliar dolar AS, investasi minyaknya, lewat Tartus, dekat Ladakiya, tempat Assad berasal, nah jika itu investasi itu tidak dibentengi, ya habis. Investasi eknomi dan sudah lama bersahabat.



Dukungan nyata seperti apa dari Pemerintah RI untuk Suriah? Mengapa?

Dukungannya yang nyata ya saya diakreditasikan ke sana, saya tidak hanya mewakili Presiden Jokowi saja, tapi mewakli 250 juta penduduk Indonesia, ada 63 kedutaan di Suriah, separuhnya tutup, kita termasuk yang tidak tutup. Mengapa? Karena ketika Suriah ketika bergabung dengan Mesir dalam Republik Persatuan Arab (RPA), adalah negara pertama yang mengakui mengakui kemerdekaan Indonesia.




Yang kedua, ketika persoalan Timor-Timor, Suriah disuruh apa saja untuk mendukung kita, mereka mau. Ketiga, tentunya sama-sama Muslim sama negara non-Blok, kita menolak misalnya ketika Arab Saudi yang mengajak koalisi militer, jika kita menerima ajakan itu, maka kita telah mencederai persehabatan dengan Iran dan negara lain, padahal di PBB, OKI dan organiasi apapun itu kan tempat duduknya diterapkan sistem alfabetik, Irak, Indonesia, Iran.


Lha jika sudah memusuhi Iran duduk bersama kayak apa? Lucu. Itu persoalan. Posisi Indonesia sudah sangat tepat, politik luarnegerinya, membantu penyelesaiaan dengan cara politis cara damai bukan perang. Kalau perang tentu kita sudah mengirimkan senjata dan tentara, tetapi hal itu tidak kita lakukan.


Seorang wartawan perempuan berlari bersama pemberontak menghindari penembak jitu di Aleppo, Suriah.


Jangan Seret Konflik Suriah ke Indonesia


Seperti apa prospek demokrasi saat ini dan ke depan di Suriah 

Demokrasi yang diterapkan di sana kan masih demokrasi dalam pertumbuhan, HAM tahu sendiri lah kayak apa juga di sana, tapi kita harus hormati, apa yang saya sampaikan Indonesia dukung solusi politik, Indonesia mengehendaki mengalirnya bantuan kemanusiaan, secara damai, diplomatis dan juga keterlibatan negara besar, kalau hanya mengandalkan konstelasi dalam negeri mereka, sementara negara-negara besar masih mengacau, ya tidak selesai juga.



Bagaimana upaya internasional untuk membantu penyelesaian damai konflik Suriah? 

Nah, sekarang ini masa genjatan senjata, akan dilanjutkan perundingan damai, karena perundingan itu melibatkan banyak negara, AS, Turki, negara Arab Qatar, dibantu oleh jihadis dari 80 negara, bagaimana bisa menyelesaikan.


Ini krisis terburuk di dunia sejak kita lahir. Mudah-mudahan bisa selesai. Dan satu lagi, penyelesaian politik dan perdamaian itu, pemerintahannya harus ditentukan oleh rakyat Suriah itu sendiri. Itu yang harus kita hormati. Bukan Indonesia atau AS yang menghendaki.



Lalu di manakah posisi Indonesia untuk mendorong perundingan damai itu? 

Kalau kita sebagai negara damai, ketika diminta kita akan ikut selama kita dindang. Kita tidak ada kepentingan, kita tidak mendukung salah satu faksi, tidak mendukung A dan B, kita hanya ingin diplomasi itu harus diawali dengan saling membangun kepercayaan, confidence building measures, kemudian conflict resolution kalau ada konflik yang diselesaikan secara damai, perkara susah yang kita coba selesaikan, itu adalah selangkah lebih maju.


Daripada rententan bom, kita di sana ya takut dan khawatir, kantor kita pernah ditarget, tak sedikit kantor kedubes juga yang kena sasaran, tapi karena pemerintah Suriah memproteksi dan rakyatnya ramah, dan ketiga negeri Syam ditegaskan dalam Alquran sebagai negeri yang diberkahi, itu faktanya sampai sekarang.

Ada gejala menyeret konflik Suriah ke Indonesia, apa imbauan Anda? 

Misi saya ingin didengar, apa yang saya lihat di sana, agar rakyat kita melihat jernih. Bagi saya, yang terpenting Indonesia harus bersatu, jangan ikut-ikutan bertumpahan darah, jangan suka mandi darah bangsanya sendiri.


Silakan berdebat sampai berbusa, tapi jangan sampai membunuh. Jangan mudah dihasut, Jangan gampang menerima siaran yang tidak benar, atau memanfaatkan situasi di Suriah untuk kisruh di sini. 





sumber : REPUBLIKA.CO.ID



Protes Program “Maghrib Mengaji”, Tokoh LGBT ini di-Skak Mat Ridwan Kamil

Protes Program Maghrib Mengaji, Tokoh LGBT ini di-Skak Mat Ridwan Kamil
KABAR MUSLIM – Sudah menjadi tabiat para pembenci Islam akan selalu risih dengan setiap hal yang berkaitan dengan Islam.  Setiap kebaikan akan selalu mereka pandang buruk, terlebih jika itu mengancam eksistensi mereka.
Dan para pembenci Islam tersebut terdiri dari banyak kalangan. Liberalis, feminis bahkan kaum LGBT sekalipun. Seperti yang dilakukan Hartoyo, salah seorang tokoh LGBT yang mengkritik program “Maghrib Mengaji” walikota Bandung, Ridwan Kamil.
Pelaku Gay yang pernah tampil di Kompas TV dengan gaya menipu terkesan religius, dalam akun twitternya memprotes program “Maghrib Mengaji” yang dicanangkan Kang Emil.
Dia mengatakan program tersebut sebagai pencitraan, dan pejabat yang tampil ke publik membawa agama rawan korupsi dan tidak beres urus rakyat.
INGAT, klau ad pjabat nampil kepublik bawa-bawa agama, biasanya rawan korup n gak beres urus rakyat,” cuit Hartoyo melalui akunnya @HartoyoMdn.
Tak ayal, cuitan gay tersebut langsung di-skak mat oleh walikota Bandung, Ridwan Kamil.
INGAT, kalo ada yang argumen hobinya generalisasi, biasanya pendek pikir,” balas kang Emil melalui akun twitter @ridwankamil, sabtu (30/4/2016). [islamedia/berlin]