Pertama, kita perlu memahami, tanda kiamat ada 2,
Tanda kiamat sughra (kecil)
Secara umum, tanda kiamat sughra rentang waktunya lebih panjang, ada yang sudah terjadi, ada yang belum terjadi, dan ada yang kejadiannya berulang. Ada yang sudah terjadi dan terus selalu ada, ada yang belum terjadi hingga sekarang, dan nanti pasti terjadi seperti yang disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Contoh:
- Diutusnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan wafatnya beliau
- Adanya pengaku nabi palsu
- Penaklukan Baitul Maqdis
- Adanya wabah Tha’un amwas di daerah Syam
- Harta melimpah dan banyak orang kaya baru
- Munculnya berbagai macam fitnah dan aliran sesat, sejak pembunuhan Utsman, peperangan antar-sahabat, adanya khawarij, syiah dan berbagai aliran sesat lainnya.
- Amanah disepelekan dan pengkhianat diberi amanah
- Ilmu mulai menghilang dan banyak tersebar kebodohan masalah agama
- Tersebarnya zina, riba, musik, mabuk-mabukan, atau pembunuhan
- Seringnya terjadi gempa bumi, bencana alam yang menyeluruh, dan semacamnya
Tanda kiamat kubro (besar)
Kebalikan dari yang pertama, umumnya rentang kejadiannya lebih singkat dan hanya akan terjadi ketika mendekati kiamat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyebutkan hal ini dalam satu hadis. Dari Hudzaifah bn Asid al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
إِنَّهَا لَنْ تَقُومَ حَتَّى تَرَوْنَ قَبْلَهَا عَشْرَ آيَاتٍ
Kiamat tidak akan terjadi sampai manusia melihat 10 tanda sebelumnya..
Kemudian beliau menyebutkan, dukhan, dajjal, dabbah, turunnya Nabi Isa ‘alaihis sallam, matahari terbit dari barat, munculnya Yakjuj dan Makjuj, terjadinya 3 kali penenggelaman. Dst. (HR. Muslim 7467)
Turun Salju di Arab, Tanda Dekatnya Kiamat?
Salah satu tanda kiamat, arab akan menjadi tanah yang subur. Dan ini termasuk tanda kiamat sughro.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَعُودَ أَرْضُ الْعَرَبِ مُرُوجاً وَأَنْهَاراً وَحَتَّى يَسِيرَ الرَّاكِبُ بَيْنَ الْعِرَاقِ وَمَكَّةَ لاَ يَخَافُ إِلاَّ ضَلاَلَ الطَّرِيقِ وَحَتَّى يَكْثُرَ الْهَرْجُ
Kiamat tidak akan terjadi hingga wilayah arab kembali menjadi tanah yang subur banyak padang hijau dan sungai-sungai. Hingga orang yang melakukan safar antara Iraq dan Mekah, tidak ada yang ditakuti selain kegelapan di jalan. Dan tidak muncul kiamat sampai terjadi banyak pembunuhan. (HR. Ahmad 8833 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
Kita meyakini apa yang disebutkan dalam hadis ini pasti terjadi. Jazirah arab yang tandus dengan padang pasirnya, akan kembali menjadi padang hijau, yang banyak rerumputan.
Hanya saja kita tidak bisa memastikan, kapan ini akan terjadi dan bagaimana cara Allah mengubah gurun gersang menjadi lahan hijau. Apakah karena hujan salju ataukah karena yang lainnya. Semua itu yag tahu hanya Allah.
Dalam Fatwa Islam ketika membahas masalah salju di arab yang diyakini masyarakat sebagai tanda dekatnya kiamat, menyatakan,
والذي نراه أن رجوع جزيرة العرب مروجاً وأنهاراً أمر لا شك فيه ، ولكن لا يمكن الجزم بأن ذلك سيكون بسبب الذوبان الجليدي ، فإن علم ذلك عند الله تعالى
Menurut kami, kembalinya jazirah arab menjadi tanah yang subur banyak padang hijau dan sungai-sungai tidak bisa dipungkiri. Akan tetapi kita tidak bisa memastikan bahwa keadaan ini penyebabnya adalah es yang meleleh. Karena pengetahuan tentang kejadian ini, hanya Allah yang tahu. (Fatwa Islam, no. 110197)
Bahasan yang Tidak Manfaat
Kiamat pasti terjadi, meskipun tidak ada satupun yang tahu kapan itu terjadi, selain Allah Ta’ala. Sehingga tidak perlu kita tunggu atau bertanya-tanya, kapan kiamat. Yang mengesankan adanya harapan agar kiamat segera terjadi.
Prinsip ini berulang kali Allah tegaskan dalam al-Quran dalam bentuk jawaban kepada orang yang suka bertanya tentang kapan kiamat,
Diantaranya, firman Allah,
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: “Kapankah itu terjadi?” Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu hanya di sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba”. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. al-A’raf: 187).
Di ayat lain, Allah juga berfirman,
يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ اللَّـهِ ۚ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا
“Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah”. Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.” (QS. al-Ahzab: 63).
Kemudian, Allah juga berfirman,
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا . فِيمَ أَنْتَ مِنْ ذِكْرَاهَا . إِلَى رَبِّكَ مُنْتَهَاهَا
(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari kebangkitan, kapankah terjadinya? Siapakah kamu sehingga dapat menyebutkan (waktunya)? Kepada Tuhanmulah dikembalikan ketentuan waktunya. (Qs. an-Nazi’at: 42 – 44)
Dan kita bisa perhatikan, semua jawaban yang Allah sampaikan, lebih dekat pada bentuk kritikan dan bukan pujian. Karena orang yang bertanya tentang itu, terkesan tidak percaya akan adanya kiamat. Atau terlalu menantang dengan kehadiran kiamat, sementara dia belum menjadi bisa selamat di akhirat.
Andai berusaha mencari tahu waktu kiamat adalah tindakan yang mulia dan bermanfaat, tentu Allah Ta’ala akan memuji perbuatan mereka. Namun yang ada justru sebaliknya, Allah sebutkan ayat di atas, dalam konteks celaan. Sehingga, tentu saja sikap semacam ini bukan sikap terpuji, karena termasuk ciri khas orang kafir.
Imam As-Sa’di dalam tafsirnya menjelaskan ayat di atas,
“Semata menggali kapan kimat, sudah dekat atau masih jauh, tidak memiliki manfaat sama sekali. Yang lebih penting adalah kondisi manusia di hari kiamat, rugi, untung, celaka, ataukah bahagia. Bagaimana seorang hamba mendapatkan adzab ataukah sebaliknya, mendapatkan pahala..” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, 672).
Sebagai seorang muslim yang sadar akan kehadiran kiamat, seharusnya yang dipikirkan bukan kapan kiamat. Namun yang lebih dipikirkan adalah apa yang telah kita siapkan untuk kehidupan di akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar