Image copyrightNonie ArniImage Banyak pengunjung dalam festival makanan babi pertama di Semarang ini. |
Kabar Muslim - #TrenSosial: Festival aneka makanan babi yang diklaim sebagai pertama di Semarang menuai diskusi publik, setelah sebuah ormas Islam dilaporkan protes atas penyelenggaraannya.
Acara yang diberi nama Pork Festival 2016 ini diselenggarakan pada Kamis (04/02) hingga Senin (08/02) mendatang untuk memperingati tahun baru Imlek, kata Komunitas Kuliner Semarang selaku panitia.
Selain memperkenalkan makanan olahan daging babi yang tidak banyak ditemui, mereka mengklaim bahwa acara ini diadakan juga untuk membangun toleransi.
“Saya tidak khawatir (menimbulkan masalah) karena Semarang mempunyai tolerasi yang tinggi. Masjid Kauman saja hanya berjarak setengah kilometer dari Pecinan. Kita beda tapi tidak ada masalah karena masing-masing bisa memahami dan itu sudah terbiasa sejak ratusan tahun lalu," kata Firdaus Adi Negoro, penyelengara Pork Festival, seperti dilaporkan wartawan lokal Nonie Arni untuk BBC Indonesia.
Image copyrightNonie ArniImage captionSejumlah komentar di media sosial mengkritik penyelenggaraan acara ini.
Bahan diskusi
Penyelenggaraan festival ini menjadi bahan diskusi di forum online dan media sosial setelah ada pemberitaan bahwa sebuah ormas Islam keberatan dengan acara itu karena dianggap membuat warga Muslim tidak nyaman.
"Pork Festival di Semarang dikecam ormas? kalo enggak halal gak usah dateng lah susah amat," kata satu pengguna Facebook. "Non kafir kok ngurusi Festival daging babi di Semarang? Apa ndhak boleh orang kafir makan babi?" kata yang lain.
Sejumlah warga Muslim Semarang tidak mempermasalahkan acara ini. |
"Sebetulnya yang rempong itu orang-orang yang di pusat ini. Kalau di Semarang sangat jarang ada permasalahan gara-gara SARA. Waktu bulan puasa mau cari makanan apapun gampang di Semarang, warung-warung pada buka dan enggak pakai gorden untuk menutup. Sah-sah saja karena saya yakin imannya orang Semarang sudah kuat," kata satu pengguna dengan nama Andrew Jun.
Image copyrightNonie ArniImage caption Ada pula warga yang merasa tidak nyaman dengan acara ini. |
“Kita hidup di kawasan multi kultural jadi tidak ada salahnya. Kenapa musti khawatir. Kalau misalnya Muslim nggak makan daging babi, tidak bakalan datang,” ujar perempuan yang tinggal di kawasan komunitas muslim Pekojan, Semarang.
Walau banyak yang merasa tak terganggu, ada juga yang mengaku tak nyaman. "Baunya gan. Apalagi ini festivalnya di tempat ramai yang sering dilewati orang Muslim," kata pengguna di forum online Kaskus.
sumber : BBC Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar